Bagaimana Cara Menikmati Sebuah Makanan [BAGIAN: Pasta Salmon]

Bagian pertama: Bakso & Daging-dagingan
Bagian kedua: Minuman Berkrim
Bagian ketiga: Susu Kedelai
Bagian keempat: Daging Panggang B2 & Telur Mata Sapi

Bagian kelima: Mi Instan

Makan di tempat-tempat yang punya nama dan yang harga tiap menunya di atas Rp 50.000 itu memang sangat luar biasa. Aku juga tidak menolak kalau tiap minggu dapat undangan makan ke Sushi Tei atau Mujigae. Tempat duduknya enak (pasti empuk), ber-AC, ada washtafel-nya,... yah pokoknya serasa di surga. Tidak enaknya hanya satu: soal harganya yang kadang sulit diajak kompromi. 

Namun terkadang, ketimbang di tempat-tempat kuliner nan mahal yang makannya pakai piring dan sendok-garpu wah, ada juga yang memiliki hasrat unik. Salah satunya, aku juga. Terkadang aku akhir-akhir ini jauh lebih merasakan nikmat jika makan di tempat-tempat mentereng dengan sistem take away. Makanannya dibawa pulang, maksudnya. 

Tak tahu kenapa sensasi makan dalam sebuah kotak bungkusan jauh lebih DEP SEDEP daripada pas makan di tempat. Wanginya sebuah makanan jauh lebih terasa daripada waktu makan di tempatnya langsung. Memang, kuakui, lebih terasa indah dilihat jika makan di tempat. Lebih tertata rapi. Tapi pas makanannya dibawa pulang, berani jamin, wangi makanannya jauh lebih terasa. Ada sensasi berbeda yang sukar dijelaskan. Yang tadinya kurang begitu suka, eh mendadak jadi ketagihan. (Nah, aku sering kayak begitu!😅). Salah satunya, yah seperti itu. Sisanya, sukar dijelaskan.

Aneh? Yah terserahlah. Kan seperti yang kubilang di bagian-bagian sebelumnya. Ada beragam cara untuk menikmati sebuah makanan. Salah satunya dengan cara seperti ini. Sudah makan di tempat elit, eh malah lebih sreg jika dibawa pulang, pakai kotak bungkusan pula makanannya.  Terlihat ndeso juga! 😆

Lagian, kalau nikmatnya seperti itu, kenapa nggak?

* Tulisan ini disponsori secara tak sengaja oleh Pancious dan (novel) AI SHIN'YUU