Tentara Nippon yang jadi zombie, tapi zombie yang baik. Huehehe. |
Sutradara: Steven Sheil
Pemain: Ario Bayu, Yanda Djaitov, Joe Taslim, Miki Mizuno, Mike Lewis, Les Loveday, James Tanaka, Carmen Soo, Sam Hazeldine...
Genre: Thriller-Adventure
Pertama-tama, aku mau bilang, GILA!!!! - kalau ada yang bilang ini film action. Sinting! Apalagi dari awal saja, sudah disuguhi oleh sound effect yang lumayan bikin berdebar-debar jantung. Two thumbs up deh buat para krunya, terutama bagian music atau sound effect-nya. Nice job, bro!
Anyway, segi sound effect, angle, dan visual effect lumayan baik; untuk ketiga hal tersebut, nilainya 10. Sempurna, malah. Hanya saja, kekurangan film ini ada di wardrobe-nya. Alat-alat pendukungnya itu masih belum terlihat meyakinkan. Lebih terlihat sebagai mainan saja. Belum lagi pasukan tentara zombie-nya. So sorry--it didn't really look so real, for me. Efek seramnya itu malah keluar, yah karena sound effect-nya. Begitupun dengan pasukan tentara terakotanya; komputerisasinya kelihatan. Aku melihatnya jadi sebagai robot atau sejenisnya. But at last, alur ceritanya lumayan menarik; untuk alurnya, nilainya 8 (Agak klise, sih!). Yah tapi lumayanlah. Untuk kali pertama, latar Indonesia tak hanya sekedar cemeo saja di film-film garapan orang luar. Ditambah lagi, ceritanya juga tak terduga. Dari awal hingga akhir, tak ada yang mengira bakal seperti itu. Bahkan nih, ending-nya benar-benar surprise banget.
Film ini menceritakan tentang ekspedisi yang terdiri sembilan orang ke sebuah goa yang ada di Pulau Una-Una, Tomini - Sulawesi Utara. Goa ini--menurut Rie, Pryce, dan Su-Ling--merupakan sebuah tempat penelitian rahasia yang mengubah sejumlah tawanan perang menjadi senjata yang tak terkalahkan alias zombie. Nggak ngerti juga apa maksudnya, tapi sepertinya ada sesuatu misteri tersembunyi sekian lama di goa tersebut. Ekspedisi ini juga sebetulnya bertujuan untuk mencari harta karun Yamashita. Itulah tujuan utama ekspedisi itu. Walau nantinya, Pryce dan Su-Ling tahu sesuatu fakta penting: harta itulah yang menjadi sumber malapetaka ekspedisi kali ini. Namun tetap saja, Pryce yang serakah tetap serakah. Hingga karena keserakahan itulah, dia bernasib tragis. Begitupun dengan pacarnya, Su-Ling. Rumusnya: (Keserakahan + Pendek Akal = Sia-sia).
Selain soal wardrobe-nya yang masih kurang meyakinkan, soal cast-nya juga patut disorot. Amat menyayangkan, kenapa Mike Lewis terpilih jadi tokoh Ario. Ayolah, masih banyak aktor laga Indonesia lainnya, kan?! Tapi mengapa sosok blasteran dengan tampang Kaukasoid yang terpilih? Mike Lewis lebih pantas jadi temannya Stanley atau Pryce. Selain Mike Lewis, Miki Mizuno itu kemampuan aktingnya juga kurang. Di scene-scene awal, ia terlihat seperti baca naskah. Aktingnya Joe Taslim dan Yanda si Bang Tigor juga kurang. Apalagi Yanda yang memang sudah lebih dikenal sebagai seorang komedian di Indonesia. Citranya sebagai pelawak masih terlihat kentara mungkin di para penikmat dunia hiburan tanah air.
And really at last,
8 (alur) + 10 (sound effect, angle, dan visual effect) + 6,5 (wardrobe) + 7 (akting pemain) = 7,87.
No comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan! Komentar-komentar yang bermuatan negatif akan dihapus.