-->

Sentilan "PK" dalam Kehidupan Beragama

Selama ini kita melihat film-film India itu begitu identik dengan drama musikal dan tari-tariannya yang seringkali mengundang birahi. Identik pula dengan kisah cinta yang selalu berakhir dengan sembunyi di balik pohon, dimana yang perempuannya itu iseng memainkan sarinya. Atau pun identik dengan Inspektur Vijaj-nya. 

Selama ini kan memang seperti itu kita mengenal film-film India. Kebanyakan yang dipertunjukan ke kita, yah yang seperti itu. Film-film India sudah begitu kita kenal sebagai film-film yang mengusung tema cinta dengan adegan joget-jogetan di antara pepohonan, lalu sang Inspektur Vijaj datang mengacau. Kurang lebih seperti itulah. Maaf kalau salah. 

Iya, maaf kalau salah. Karena ternyata, di balik itu semua, masih banyak film India yang anti-mainstream. Contoh: "My Name is Khan", "3 Idiots", dan "Ra-One" yang mana sineas Bollywood sana ingin menunjukan mereka bisa menciptakan film-film yang harus menggunakan efek spesial. Selain itu, masih ada satu film lagi.

Film ini begitu spesial. Spesialnya itu karena tema yang diusung. Wow, luar biasa. Untuk level Asia, amat jarang kita menemukan film-film bertema agama. Apalagi yang di dalamnya itu membahas soal pluralisme dalam beragama. Dikupas pula dengan sudut pandang yang unik. Mari berikan aplaus untuk Rajkumar Hirani, sang sutradara dan penulis skenario (yang ini bareng Abhijat Joshi) film PK yang rilis pada Desember 2014 lalu.

Menonton film PK ini sungguh menyentil sekali terhadap perilaku umat beragama akhir-akhir ini. Rasanya seperti ditampar saat dipertunjukan adegan dimana PK berusaha meminta bantuan ke beberapa orang untuk menemukan alatnya yang dicuri, eh tapi ia malah mendapatkan jawaban yang mengecewakan. Sebagian besar orang mengatakan, "Coba datanglah ke Tuhan," Mengesalkan yah jawaban seperti itu. Sama seperti sekarang ini waktu kita sedang bertanya sesuatu, terus yang bersangkutan menjawab, "Coba tanya ke Mbah Google." 

Apa-apa Tuhan, apa-apa Tuhan. Manusia jadi kurang pro-aktif dalam membantu sesama. Dengan entengnya mereka menjawab, "Biarkan Tuhan yang melakukannya." -- lalu melengos begitu saja entah kemana. Padahal kalau bisa membantu, kenapa harus melibatkan Tuhan? Toh Tuhan itu juga bukan pelayan kita. Justru kita semua inilah yang pelayan Tuhan. Seharusnya kita lebih pro-aktif menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membuat dunia ini lebih baik lagi. 

Lebih menjengkelkan lagi saat manusia yang sok jadi pahlawan kesiangan untuk Tuhan-nya masing-masing. Padahal memerhatikan dan menolong sesama pun mereka abai. Tuhan itu tak perlu dibela. Tuhan tak selemah itu. Ada baiknya manusia lebih concern pada urusan membuat dunia jadi tempat yang lebih baik bagi siapapun. 

Tak hanya sampai di situ. Duo Rajkumar-Abhijat juga menyoroti ulah sejumput oknum beragama yang oportunis. Iya, ajaran agama yang mengandung kebaikan itu dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Seperti PK yang dikerjain pemilik kios agar mau membeli pernak-pernik agama yang dijual. Atau saat PK yang mulai mencurigai Tapasvi -- seorang pemimpin sebuah kelompok agama -- telah melakukan penipuan dengan memanfaatkan ketakutan orang lain. 

Sempat pula duo Rajkumar-Abhijat ini menyoroti yang klasik dan selalu seru untuk dibahas. Soal pernikahan beda agama dong. Film satire ini kan dimulai dari sebuah kisah cinta beda agama dan budaya antara Jaggu yang penganut Hindu dan Sarfraz yang asli Pakistan. Keduanya harus berpisah, yah karena perbedaan itu. Dan itu menyebabkan Jaggu menjadi begitu sensitif terhadap isu-isu keagamaan. 

Tapi memang, di luar segala topik agama yang diusung, daya tarik film ini berasal dari tokoh bernama PK. PK ini merupakan seorang alien yang di planet asalnya itu terbiasa berkomunikasi dengan pikiran dan hidup berbugil ria. Dia datang ke Bumi untuk tujuan melakukan riset. Dan begitu kagetnya dengan kehidupan yang ada di planet Bumi. Sungguh berbeda dengan yang ada di planet asalnya. 

Bak seorang anak kecil yang masih polos, PK terperangah melihat manusia-manusia Bumi (orang India tepatnya) yang begitu tunduk-blek sama ajaran agamanya. Saking tunduknya, mereka sampai tak melihat ada ketidakberesan yang terjadi. Juga bingung dengan sistem moneter di Bumi. Manusia Bumi begitu memuja  yang namanya uang. Segalanya lancar jika ada uang (Jleb banget pas adegan Jaggu menyogok polisi demi membebaskan PK). 

Gara-gara penggambaran tokoh bernama Jaggu ini, aku sempat merasa Rajkumar (atau mungkin Abhijat) ini bukan orang biasa. Karakter PK sungguh terlihat sekali seperti seorang alien yang baru kali pertama mengunjungi Bumi. Tampak seperti kesan seorang imigran yang baru kali pertama mengunjungi Indonesia tanpa dibekali referensi sama sekali. Luar biasa memang hasil riset dan observasi Rajkumar dan Abhijat ini. 

Film PK ini memang patut diacungi jempol atas keberaniannya mengangkat topik paling sensitif sedunia (baca: agama). Pun perlu diapresiasi atas penggambaran tokoh PK-nya yang sungguh mirip dengan seorang alien. Namun film ini tak terlalu begitu sempurna. Mulai paham mengapa IMDb hanya berani kasih nilai 8,7.

Kalau menurutku sih, penyebab PK ini agak jauh dari kata sempurna itu karena masih banyaknya scene yang terkesan dipaksakan. Kita tahu, kebanyakan film  India itu berdurasi di atas dua jam. Jarang yang berdurasi di bawah itu. Dan di sinilah terlihat Rajkumar ini tak seratus persen anti-mainstream. Ia belum berani keluar jalur. Bahkan ia pun tak berani menghilangkan unsur esensial dari sebuah film India. Soal joget-joget dan nyanyi-nyanyi pastinya. Walaupun adegan nyanyi-nyanyinya itu dibuat berbeda dari kebanyakan film India yang sepertinya identik dengan tari seronoknya. 

Seharusnya Rajkumar lebih berani untuk membuat film India yang lebih berbeda dari kebanyakan film India yang sudah kadung dikenal khalayak. Seperti membikin film India dengan durasi di bawah dua jam. Jujur, film PK ini sebaiknya berdurasi sekitar satu setengah jam -- atau satu jam empat puluh menitan. Itu durasi yang tercocok dengan tema yang diusung. 

Dengan memaksakan harus berdurasi selama itu, tak heran banyak adegan yang terkesan dipaksakan. Ambil contoh saat Jaggu berusaha menghubungi Sarfraz saat live di sebuah acara televisi. Atau adegan pemboman kereta waktu PK hendak menemui teman Bumi-nya. Beberapa adegan membuat ending film PK menjadi kurang greget. 

But, it's okay, kekurangan itu tetap tak mengurangi kecemerlangan premis dari PK. Film PK tetap menjadi film India yang wajib tonton untuk sekarang ini.  


RATE: 90 / 100



Genre: Komedi-Romantis, Religi
Sutradara: Rajkumar Hirani
Pemain: Aamir Khan, Anushka Sharma, Sushant Singh Rajput, Ram Sethi,...
Durasi: 153 menit
Bahasa: India dengan campuran Inggris
Tanggal Rilis: 19 Desember 2014


No comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan! Komentar-komentar yang bermuatan negatif akan dihapus.