-->

"Absolutely Anything" yang Kocak dan Filosofis



Oke, mungkin "Absolutely Anything" ini tak seperti "Theory of Everything" jika mengacu pada angle dan visual-nya. "Absolutely Anything"--dari visual-nya---tampak lebih mirip sebuah film televisi. Angle-nya biasa-biasa saja. Ceritanya pun tampak picisan. Tapi sebaiknya tahan. "Absolutely Anything" tetap sebuah film yang ditonton. Nuel bahkan berani memberikan nilai 90 untuk film produksi Inggris ini. Nilai yang mungkin merasa kelewat tinggi itu karena Nuel merasa film ini begitu filosofis. Film ini mengingatkan Nuel akan "Bruce Almighty" yang menyampaikan sesuatu soal cara kerja doa. Bedanya, "Absolutely Anything" ini ingin menyampaikan pesan sama seperti yang sudah tersampaikan dalam film "Spiderman". Masih ingat kan kata-kata Ben Parker: "Great power brings great responsibility"? Nah, film ini menyampaikan soal itu juga. 

Dennis - Neil
Adalah seorang Neil Clarke, seorang guru biasa yang tengah berkonsultasi akibat beberapa hal yang mengganggu pada seorang psikiater. Neil ini awalnya pria yang biasa-biasa saja, tak terlalu menarik perhatian untuk lawan jenis. Namun segalanya berubah saat sekelompok alien hendak melenyapkan Bumi. Namun sebelumnya dijalankan, alien-alien itu ingin mengamati situasi di Bumi dulu. Mereka sepakat memberikan kekuatan super kepada salah satu makhluk Bumi. Kalau makhluk terpilih itu bisa menggunakan kekuatan dengan bijak, Bumi batal dilenyapkan dan si makhluk dibawa ke planet untuk diterima dalam komunitas tertentu. Kalau tidak, well, Bumi lenyap.

Neil beruntung jadi yang terpilih. Awalnya, sewaktu kekuatan itu datang, pria itu terkaget-kaget. Kok bisa permintaannya terkabul hanya dengan mengayunkan tangan kanannya? Sebetulnya tak usah heran mengapa Neil jadi sesukanya menggunakan kekuatan yang datang padanya. Apalagi Neil ini hanya pria biasa yang tak terlalu mencolok. Begitu dapat kekuatan super, yah begitu deh, seenaknya. Kekuatan yang datang mendadak itu dimain-mainkan tanpa berfaedah. Ia menggunakan kekuatannya lebih untuk dirinya sendiri ketimbang membantu sesama (atau sesuatu yang bersifat kebaikan). Itu seperti bikin kepala sekolah jadi suka dirinya, bikin badannya jadi macho, hingga mewujudkan segala impiannya. Hanya sedikit untuk sesamanya seperti menolong temannya yang tengah jatuh cinta pada salah seorang guru. 

Hingga akhirnya, lambat laun Neil sadar. Kenapa makin lama punya kekuatan super itu terasa tidak enak? Terkadang apa yang terkabulkan itu malah menimbulkan polemik tersendiri. Malah timbul masalah sendiri. Seperti temannya, Ray yang akhirnya malah dipuja-puja oleh guru perempuan itu bagaikan seorang titisan dewa saja. Di situlah Neil mulai sadar bahwa seharusnya dia lebih bijak dalam menggunakan kekuatan yang dimilikinya. Ia mulai menggunakannya untuk kebaikannya. Tapi rupanya itu tak mudah. Melakukan kebaikan dengan kekuatan itu tak boleh secara generalisasi. Hasilnya, yah tetap saja masalah yang muncul. 

Kondisi itu membuat Neil frustrasi. Rasanya dirinya ingin bunuh diri saja. Namun urung karena diselamatkan oleh anjingnya, Dennis yang dibuatnya bisa berbicara dan memiliki cara berpikir yang luar biasa. Bersama Dennis ini, Nuel terlibat dalam sebuah percakapan serius. Hingga timbul keinginan untuk memindahkan kekuatannya pada si Dennis. Situasinya bertepatan dengan rencana kelompok alien tersebut yang ingin melenyapkan Bumi. Bumi selamat karena Dennis dan Neil. 

Bagian yang tadi itu merupakan tamparan tersendiri. Anjing saja tahu bagaimana menggunakan kekuatan, mengapa manusia malah bego? Sungguh--untuk Nuel sendiri--film ini selalu mengajarkan sesuatu tiap scene per scene-nya.  Story line-nya bukan lumayan lagi, tapi  bagus banget. Nyaris tak ada plothole. Untuk beberapa adegan dan dialog, mungkin bukannya membingungkan, namun kita dipaksa untuk lebih berpikir seperti apa maksudnya. Contohnya seperti saat Neil dan Catherine melakukan hubungan intim. Sekonyong-konyong pesawat alien tersebut--terlebih alat pemindah kekuatannya--mengalami kerusakan. Kalau penonton menyimak dari awal, pasti tahu apa maksudnya. Butuh perenungan mendalam, deh, "Absolutely Anything" ini. 

Soal sinematografi--entah itu angle, visual, efek spesial, maupun efek suara, "Absolutely Anything" ini tak terlalu spesial. Seperti yang sudah dikatakan di awal tulisan, "Absolutely Anything" bukanlah  sebuah film yang diciptakan untuk sebuah penghargaan. Okelah kalian bisa menganggap ini B-Movie. Tapi "Absolutely Anything" ini merupakan sebuah B-Movie yang layak ditonton sekali. Kasusnya juga mirip dengan "Minutemen".

Pernah dengar, tidak, "Minutemen"? Itu, lho, film tentang tiga orang yang jadi pahlawan bullying yang kembali ke masa lalu demi menyelamatkan beberapa orang. Eh pada akhirnya mereka sadar untuk membiarkan orang-orang itu menyelesaikan masalahnya sendiri. "Minutemen" terlihat seperti sebuah film televisi. Durasi tak terlalu pendek, angle biasa-biasa saja. Namun seperti "Absolutely Anything", "Minutemen" layak tonton sekali.

Akhir dari tulisan ini, terserah kalian bagaimana menyikapinya. Mau menonton atau tidak, tergantung para pembaca sendiri. Tapi kalau minta saran Nuel lagi, "Absolutely Anything" ini sangat direkomendasikan untuk ditonton. Sebab kenapa? "Absolutely Anything" ini lucu serta filosofis. Apalagi untuk penggemar mendiang Robbie Williams, wow, film ini harus ditonton, dong. Mendiang mengisi suara si Dennis, lho.



RATE: 90 / 100



Genre: Komedi
Produksi: Bill and Ben Productions, GFM Films
Distributor: Lionsgate UK
Produser: Bill Jones, Ben Timlett
Sutradara: Terry Jones
Pemain: Simon Pegg, Kate Beckinsale, Sanjeev Bhaskar, Rob Riggle, Eddie Izzard, Joanna Lumley, Michael Palin, Terry Jones, Terry Gilliam, John Cleese, Eric Idle, Robin Williams,...
Bahasa: Inggris
Durasi: 85 menit
Tanggal Rilis: 14 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar dengan bahasa yang sopan! Komentar-komentar yang bermuatan negatif akan dihapus.